[Bahaduri Bikir] Bagian 7 : Kejutan

📖 01 April YQSS ---------------------------------------------------------------------------------------------------

Hello!

Senang bertemu denganmu AIDE, maksud Saya Artificial Intelligence Diary Engine. Suatu hal yang menyenangkan bisa mendapatkanmu dari ayah dan temannya ayah.

Katanya Saya bisa berkata atau bercerita apapun disini. Mereka tidak akan tahu, bahkan orang luar sekalipun.

Saya berharap bisa membagi pengalaman Saya kepadamu.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Dari tulisannya sih.... Sepertinya diary ini mempunyai nama AIDE. Engine itu kan mesin, apa dia semacam mesin android?

Aku malah membayangkan kalau AIDE itu berbentuk seperti android manusia perempuan yang terlihat elegan. Dengan rambut panjang hitam seperti kuas make-up dengan menggunakan jas berwarna hitam, kemeja berwarna putih dengan dasi berwarna merah dan rok pensil yang berwarna hitam juga. Dia... mempunyai persendian yang minimalis untuk ukuran android.

Kugulir sedikit diatas, sepertinya tulisannya lebih banyak daripada sebelumnya.





📖 06 April YQSS ---------------------------------------------------------------------------------------------------



Hai AIDE, hari ini hari yang buruk. Saya didorong ke selokan yang bau, baunya air comberan sangat tidak menyenangkan. Mereka tertawa terbahak-bahak dan meninggalkanku. Apa salah Saya?



Mereka mencoret mejaku, setiap hari. Dan menyiramku dengan air kotor. Mengapa hal itu menimpaku?



Saya tau... Saya tidak bisa berteman, tapi. Tapi mengapa semuanya membenciku?

Saya benci semua orang. Saya.... Salah Saya apa?

Mereka merebut pr yang kubuat dan langsung merobeknya. Mereka juga mendorongku sampai lututku luka. Mereka juga....



Yang kutau cuman Defara dan Dwikandi yang baik kepadaku. Ayah? Ibu?

Mereka jarang kami temui. Saya dan Defara sudah tidur ketika Ayah dan Ibu pulang, dan berangkat pada saat langit masih gelap.



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Dia direndahkan? Pantas saja.... Bro sangat curiga kepadaku saat Aku berusaha berteman dengannya. Dia bahkan menganggapku aneh, padahal kan cuman berteman!

Aku menyentuh layar dan menggulir keatas lagi. Perlahan Aku menggulir dan melihat isi diari yang kurasa singkat, jadi Aku tak perlu menyentuhnya dua kali untuk melihat keseluruhan isinya. Yang kudapat... Bro termasuk anak yang ditindas, meskipun dari sudut pandang dia.... Defara menyebut Bro itu orang ceria, ramah, dan baik. Dan juga... Mereka hampir setiap waktu berbicara dengan Dwikandi. Bro juga mendokumentasikan pas Defara bernyanyi. Lucu!

Defara terlihat malu-malu dan dilihat dari videonya mereka berebut smartphonenya. Dan Aku juga melihat Bro berfoto selfie dengan Defara. Baru kusadari sih... Defara lumayan mirip dengan Bro. Gulir-gulir-gulir... Oh! Ternyata Defara itu.... Adiknya Bro. Yang dibicarakan pas pertama kali Aku kedunia VR ini. Aku baru mengetahuinya pas dibagian darma wisata, Bro terlihat senyum sembari menggandeng tangan Defara yang sedang merekamnya. Dwikandi menurut penglihatan Bro dan Defara.... Dia versi ceweknya si Bro!

Aku tak bisa membayangkan jika ada perempuan yang mirip dengan Bro!

Kugulir terus dan..... Hm?



📖 20 Oktober YQSS ------------------------------------------------------------------------------------------------



Saya.... Saya tidak ingin tersenyum lagi. Tidak pernah sampai kapanpun.

Saya.... Anak yang terkutuk. Orang itu mengambil mata Saya.

Saya.... Tertawa, ceria, dan tersenyum.... Membuat orang itu ingin menghancurkan Ayah dan Ibu dan semua orang.



Saya tidak ingin tersenyum lagi. Agar Defara tidak tersakiti. Ayah dan Ibu tidak tersakiti. Dan semua orang yang Saya Sayangi tidak tersakiti.



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------





Jadi... Bro semenjak itu.... Tidak pernah tersenyum? Meskipun dia senang sekalipun?

Aku baru sadar.... Sejak pertama kali Aku bertemu dengan Bro di VR.... Dia tidak pernah sekalipun tersenyum kepadaku. Aku menggulir ke atas lagi. Kubaca-baca dan tak terasa pas Aku melihat jam di bar paling atas menunjukkan jam 11 malam.

Aku makan setumpuk camilan itu sembari membacanya sedari tadi, melihat bar ditanganku dan terisi hampir penuh. Ok!

Langsung cuci muka, sikat gigi, dan tidur di kasur tanpa lupa kumatikan lampu kamar dan gorden jendela yang tertutup kubuka.



Hoam.... Matahari terbit dari timur yang menghiasi langit dipagi hari. Aku duduk, sembari mengucek mataku yang masih lengket dan langsung mengambil smartphone yang kutaruh di meja.

Kubuka layar kuncinya dan jam menunjukkan jam setengah tujuh pagi. Setengah tujuh pagi.... SETENGAH TUJUH PAGI!!!???

Mataku ingin keluar saking kagetnya, langsung berlari ke kamar mandi dan mandi secepat kilat ala-ala militer. Habis mandi langsung pakai baju seragam. Harus cepat! Masuk ke sekolah jam setengah delapan pagi!

Aku langsung menuruni tangga dan pergi ke dapur. Aku menengok ke semua sisi ruangan dengan teliti. Otou-san dan Okaa-san sepertinya lembur jika dilihat ke garasi, mobilnya belum datang. Aku berlari ke dapur dan mengambil makanan-makanan yang ada di kulkas, setelah itu Aku berlari keluar rumah. Sebelum berangkat, Aku menyempatkan diri untuk mengunci pintunya. Gawat kalo tidak dikunci, mudahan aman!

Aku terengah-engah berlari ke sekolah, dan untungnya tidak telat.... Haaaah... Selamat.

Dan.... Jam pelajaran pertama hingga bel pulang sekolah berbunyi, tidak belajar sama sekali!

Padahal Aku sudah bersusah payah untuk berlari ke sekolah ini, tapi daripada dihukum sih. Aku beranjak dari tempat duduk dan mencari tempat yang sepi. Melewati lorong-lorong dan beberapa tangga dan akhirnya Aku sampai di atap sekolah.

Lumayan sepi. Tak ada orang, padahal sekarang jam dua siang. Aku langsung mencari tempat yang enak dan membuka tasku. Dari pagi tadi, hanya saat istirahat Aku makan, dan itupun makanan yang kubawa di dalam tas. Pertama makan beberapa bakpia, terus makan beberapa kue lapis dan sekotak mochi isi krim manis yang berukuran sedang. Aku membuka layar kunci smartphone ku dan membuka diari punya Bro sembari makan.

Dari yang kemarin..... Bro berubah menjadi orang yang pesimis, dan terkesan suram. Dari tulisannya bahkan.... Aku ngerti kenapa Defara bisa ikutan sedih. Nggak ada yang spesial pas bagian dia di sekolah menengah, selain ayah dan ibunya bertengkar hebat hingga Bro dan Defara melihat kejadian itu dengan mata kepala mereka sendiri. Pas masuk sekolah tinggi, mungkin nggak seperti di dunia VR. Dia juga sepertiku, sepu-sepu, sekolah pulang-sekolah pulang. Tanpa ada teman.

Aku melihat hampir semua isi gambar dan videonya. Seputar proyek yang dia buat. Dia merakit sebuah laptop, lalu ada juga mendokumentasikan aplikasi yang Bro buat. Selain hal keren itu ada video yang sama sekali gak keren. Pas dia merakit tiba-tiba mesinnya meledak. Jika dilihat dari tulisannya, Defara tertawa banget saat Bro gagal merakit mesin hingga meledak dan jadi debu berwarna hitam. Gulir-gulir-gulir.... Eh!?



📖 03 September YQRX --------------------------------------------------------------------------------------------

Seseorang mengajak Saya untuk menjadi pacarnya.

Saya. Apa Saya pantas menerima ini. Bahkan. Saat siang hari yang cerah.

Dia Eka Nandaryani. Perempuan yang populer dikalangan laki-laki lain. Tetapi kenapa dia memilih Saya?

Apa karena Saya buruk?

Saya menerimanya tanpa pikir panjang. Langsung terucap "iya".

Maaf.

Saya. Apakah Saya pantas disampingnya.

Rasanya tidak pantas jika burung pungguk merindukan bulan. Kata pepatah.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------





Eh! Eh! EEEHHH!!!!!

BRAK!

Tanpa kusadari Aku langsung menjatuhkan smarphoneku ke lantai. Sembari mengambil lagi smartphoneku, hatiku berdegup dengan kencang seperti saat lomba lari marathon.

J-J-J-JA-JA-JADI BRO SUDAH PUNYA PACAR!!!!???

Nggak kusangka! Kukira hanya guyonan! Dan saat ku bertanya pun ku belum merasa ngeh sama sekali! Orang semacam Bro juga bisa punya pacar! Bahkan s-s-si Eka yang disebut yang ngelamar duluan. Rasanya nggak pantas sih kalau Aku yang membantunya dengan semua ingatannya sekarang. K-k-kan dia pun..... Nya pacar.

Detak jantungku perlahan-lahan menjadi normal...... Haaaah...... Syukurlah. Kulihat jam di layar smarthoneku, jam menunjukkan waktu jam setengah lima sore. Cukup deh, nanti kulanjutkan di rumah.

Aku kembali menuruni beberapa tangga dan lorong-lorong yang terkesan suram dengan cahaya senja yang menembus kaca jendela. Saat diluar sekolah, Aku melihat gedung sekolahanku yang sudah sepi, hanya ada sedikit orang yang berkegiatan, yang ikut ekstrakurikuler basket, paskibra, dan PMR. Palang Merah Remaja sebutannya.

Saat melewati gerbang sekolah yang sepi, Aku melihat seseorang yang familiar duduk di atas kusi halte dengan menyilangkan kaki.

"Bro!", Aku melambaikan tanganku dan segera mendekatinya.

Bro hari ini memakai baju seragam lengan pendek bagian atas baju berwarna biru malam dan bagian bawah baju berwarna biru muda, memakai celana dan sepatu yang senada, warna hitam pekat.

"Hana-chi.... Anda sedang sibuk?", Bro terlihat lelah dilihat dari banyaknya keringat yang bercucuran dan matanya yang sayu.

"Maaf, tadi Aku membaca dia-. Maaf Bro. Sepertinya ada seseorang yang terus melihatimu dari tadi. Mungkin dia ada perlu sama Bro", Aku menunjuk ke arah halte bis di sebelah kiri sekolah yang tak jauh dari sini.

Ada seorang perempuan yang mempunyai mata bulat yang cantik berwarna hitam seperti berlian, berambut hitam ikal yang panjangnya sepinggang, yang mengenakan seragam yang hampir sama dengan Bro. Tetapi perbedaan hanya warna biru mudanya diganti dengan warna jingga dan perempuan itu memakai rok panjang hingga ke mata kaki. Perempuan itu mukanya memerah dan berjalan ke arah kami.

Perempuan itu berhenti di depan Bro, dia hanya memalingkan pandangannya sembari mukanya semakin memerah. Aku dan Bro saling bertukar pandangan, dan kami kebingungan dengan perempuan ini. Aku nggak mengenalnya, dan dilihat dari ekspresi Bro sepertinya tidak mengenalinya juga.

"A-a-a-anu! Maaf, Terima kasih sudah menolongku kemarin lusa. Ma-maukah kau jadi p-pacarku?", perempuan itu tergagap dan dia refleks menutup mukanya saat selesai bicara dengan kedua tangannya.

Suasana menjadi hening. Saat kulihat, Bro bergeming dan mukanya juga memerah. Aku juga kaget sih.... Tapi bentar, jangan-jangan.

"Maaf, Aku menolaknya", Bro refleks mengatakannya saat memecah keheningan meskipun mukanya masih kemerah-merahan karena kaget dan malu.

Eh?? Bentar-bentar.... Bukannya di diari, Bro langsung menerimanya. Kok di VR malah menolaknya sih? Ada yang aneh.

"Ah.... Maaf....", Perempuan itu tertunduk lesu dan suasananya menjadi canggung dan hening seketika.

"Anu, nama kakak siapa? Kalau boleh tau? Dan kenapa kakak mengajak kak Kandias jadi pacar kakak secara tiba-tiba?", Aku berusaha untuk mencairkan suasananya agar tidak canggung.

"Aku.... Eka Nandaryani, orang sering memanggilku dengan nama Nanda. Adek sendiri?", perempuan itu menatap pelan kearahku.

"Aku, Hanako. Kak Nanda kenapa mengajak Kak Kandias jadi pacar kakak?", Aku penasaran dengan maksud dari kak Nanda.

"Jadi namanya... Kandias ya..... Aku menyukai Kandias dari awal Aku bertemu dengannya. Dia terlihat berbeda dari semua cowok yang pernah dekat denganku", kak Nanda tersenyum senang.

"Terus.... Berbeda dengan cowok-cowok yang pernah dekat dengan kakak? Kak Kandias itu seperti apa?", Aku melihat ke arah Bro. Bro seperti tak ada hal yang spesial darinya.

"Kandias.... Tidak mengangguku. Dia membantuku saat acara masa orientasi sekolah, jika Aku berada didekatnya... Aku merasa aman. Dia tipe cowok idealku", Kak Nanda dengan semangat yang berbalut elegan menjelaskannya kepadaku.

Aku ternganga, cowok seperti Bro?

Bisa membuat cewek melamarnya tanpa paksaan pun terkesan sesuatu sekali. Yang kuingat dari diari.... Bro menerima kak Eka dengan mengiyakan secara spontan, tapi.... Kenapa di VR Bro langsung menolaknya?

"Maaf, Saya benar-benar tidak mengerti. Anda mengajak pacaran karena Saya tidak mengganggu anda? Bukannya ada banyak laki-laki lain yang seperti itu di dunia ini?", Bro beranjak dari tempatnya duduk dan menatap ke arah kak Nanda dengan ekspresi yang tidak ramah hingga membuatnya parno.

"A-a-a-Aku....", kak Nanda tergagap dan mundur sedikit ke belakang.

"Bro, jangan membuat kak Nanda takut.... Kak Nanda berbeda denganku", Aku menghela nafas dan langsung menarik lengan bajunya Bro.

Kak Nanda juga ikut mengehela nafas dan berusaha tenang dengan menunjukkan gestur meletakkan genggaman kedua tangannya di dadanya.

"Menurutku.... Kandias keren. Saat Aku melihat kamu, Aku merasa.... Seperti ada yang hilang didalam diriku. Aku selalu penasaran, kenapa kamu seperti itu, apa yang kamu lakukan dan banyak hal. Kamu misterius, sulit ditebak. Dan Aku suka tantangan, apalagi dari cowok yang Aku suka. Dan cowok yang Aku suka itu Kandias", Kak Nanda menjelaskannya dengan mata yang berbinar-binar disertai senyuman sehangat matahari pagi.

Aku tersentuh dengan ekspresi kak Nanda, semangat orang yang sedang jatuh cinta pikirku. Aku menoleh ke arah Bro dan..... Bro bergeming, dari tatapan matanya sepertinya Bro tidak senang dengan pernyataan Kak Nanda meskipun ditutupi dengan muka datarnya.

Aku merasa canggung dengan ekspresi itu. Kenapa Bro terlihat tidak senang? Dan juga menolaknya. Sangat berbeda dengan isi di diarinya sendiri. Apa karena faktor usia atau ingatannya yang sudah pulih tanpa kuketahui?

"Kak Nanda, Kak Nanda nggak ada kegiatan setelah ini?", Aku memecah keheningan diantara kami.

"Nggak ada sih.... Kalian sibuk?", kak Nanda menyeka rambutnya ke belakang.

"Ya. Maaf. Kami harus pergi sekarang. Selamat sore", Bro nggak diduga langsung menjawabnya dengan nada ketus dan menggenggam pergelangan tanganku dengan paksa.

Bro terus menggenggam pergelangan tanganku sembari berjalan. Makin lama genggamannya semakin kuat. Aku merasa kesakitan dan meringis, tetapi Bro sepertinya terus melangkah menyeretku hingga ke rumahnya. Oh bentar. Rumahnya!!??



Tanpa kusadari Aku diseret hingga dibawa kerumahnya!



Bro mengetuk pintu rumahnya tiga kali hingga ada seseorang yang membukakan pintunya. Aku melihat perempuan muda seumur anak sekolah dasar kelas enam yang mempunyai rambut bob poni asimetris yang mengenakan apron berwarna putih dan membawa sudip kayu.

"Kakak sudah pulang? Siapa dia kak?", perempuan muda itu bertanya dengan muka polos.

"Teman kakak, namanya Hanako. Hanako ini adikku, dia.... Aku lupa namanya....", Bro mengatakannya sembari melepas genggamannya dan melepas sepatu di kakinya.

"Uh.... Aku Defara! Ingat itu kak. Salam kenal, kak Hanako", perempuan itu memindahkan sudip yang dipegang ke tangan kiri dan menyodorkan tangan kanannya kepadaku.

"Aku Hanako, temannya kakakmu. Salam kenal", Aku membalas sodoran tangannya dan kami berjabat tangan diiringi dengan saling senyum.

Setelah kami berjabat tangan, perempuan itu melepaskannya dan langsung pergi ke dalam rumah. Bro kembali langsung menggenggam pergelangan tanganku dengan paksa dan menyusuri ruangan-ruangan dan tangga, persis di dekat tangga lantai dua Bro membuka pintunya dan segera menutupnya saat kami sudah ada didalam ruangannya.

Bro melepas genggaman tangannya dan langsung duduk dipojok ruangan. Suasana menjadi hening, sepi dengan serangga yang menyangga. Ekspresi Bro memang datar, tapi dari tatapan matanya Aku tau kalau Bro sedang kesal.

"A-anu.... Kenapa Aku dibawa ke sini?", Aku menggaruk daguku dengan lembut dan Aku merasa ada sedikit keringat yang mengalir di wajahku.

Bro bergeming tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Entah mengapa tatapan semakin tajam diliputi rasa kesal. Aku merasa terintimidasi. Mundur-mundur-mundur..... Buk!

Aku meraba belakangku, Aku menyentuh dinding dari ruangan ini dan di sebelah kananku ada sebuah meja belajar berwarna cokelat. Aku menyerah dengan situasi ini, segera duduk dengan menekuk dan memeluk kakiku sembari berusaha memperhatikan Bro.

Bro marahnya lama sekali, menurutku. Haaah..... Aku membuka layar kunci smartphone dan melihat jam di atas barnya. Jam menunjukkan angka setengah enam sore. Ugh... Apa yang harus kulakukan untuk membuatnya amarahnya reda?

Nggak ada cara lain. Aku mengambil kertas dan bolpoin dari tasku dan mencatat alamat surelku setelah itu meletakkan kertasnya di meja persis disampingku. Beranjak dari tempat duduk. Aku memasukkan bolpoin kedalam tasku. Kudatangi Bro yang masih berekspresi kesal dan berlutut di hadapannya dan menatap Bro dengan setenang mungkin. Aku menggenggam tangannya meskipun dia tetap bergeming dan menatapku dengan tajam.

"Bro, Aku pamit dulu. Sudah jam setengah enam sore, saatnya Aku pulang..... Kalau ada yang ingin dibicarakan lagi, Aku menulis alamat surelku di kertas diatas meja itu. Aku pulang dulu", Aku berusaha tersenyum meskipun suasananya nggak ku sukai.

Aku langsung berdiri dan berjalan melewati tangga dan ruangan-ruangan. Aku langsung keluar dari rumah Bro dan segera pulang kerumah tanpa pamit terlebih dahulu ke Defara.

Aku langsung melangkahkan kakiku ke rumah nggak sesantai biasanya, bisa dibilang setengah berlari. Sesampainya dirumah, Aku langsung pergi ke kamarku dan merebahkan tubuhku diatas kasur. Kupandang langit-langit kamarku yang berwarna putih dengan aksen pahatan ornamen jepang.

Apa Aku membuat kesalahan sehingga Bro seperti itu?

Salahku dimana?

Apa karena Aku salah dalam berbicara?

Aku menutup mataku dan termenung mengingat kejadian hari ini.

BZZZZTTT!

Smartphoneku bergetar di saku rok ku. Aku segera mengambilnya dan membuka layar kuncinya. Kulihat ada panggilan telepon dari seseorang, alamat surelnya kuanggap aneh. Karena menampilkan angka biner ketimbang huruf. Aku coba mengangkat panggilan telponnya. Samar-samar Aku mendengar suara orang berbicara, orang itu mempunyai suara yang berat, tetapi suara itu bukan berasal dari suara manusia asli. Sejenis suara yang sudah melewati alat filter bunyi.



---"Ha.... Hanako Chinatsu, kelinci percobaan pertama dalam percobaan sampah"----



---"Selanjutnya, orang bangsat laknat yang menghancurkan segalanya. Kelinci percobaan yang kedua, Kandias Ananda"---



---"VR? Ide terbaik untuk membunuh orang-orang bangsat. Bukan begitu?"---



---"Kuharap orang-orang lacur seperti kalian akan membusuk di dunia virtual ini selamanya. Kabulkan ya?"---



Aku hanya terdiam tanpa kata-kata saat orang yang menelponku berbicara. Siapa dia? Apa ini salah satu bagian dari ingatan Bro? Tapi targetnya malah Aku.



---"oooOOO!!!!! Tanpa ada jawaban dari lacur dan bangsat di sana??? Mati saja kalian semua!! Kalian penuh dosa. Ya kan?"---



BZZZZTTT!



Aku... Nggak tau harus gimana. Itu telepon nyasar? Tapi kata-katanya kasar sekali. Haaaahh.... Kukira tadi Bro yang menelponku. Kuharap Bro baik-baik saja.

Aku meletakkan smartphoneku disampingku dan kupejamkan mataku. Aku merasa terhanyut dan rasa lelah mendera bersamanya.





Aku terbangun di rumah sakit. Eh? Sudah nggak di VR lagi nih? Apa Aku kelupaan makan lagi, tapi kali ini sampai barnya benar-benar habis.

Aku beranjak dari kasur dan melihat sekitar. Oh, Aku melihat Bro. Aku segera berlari mendatanginya. Tetapi saat Aku mendekat sayup-sayup Aku mendengar sesuatu yang heboh. Akupun langsung berhenti berlari.

"Aahh~ Kandias sudah sadar! Gimana perasaanmu? Apakah baik-baik saja?", Aku melihat kak Nanda berbicara di depan Bro dengan ekspresi yang amat ceria.

"Saya.... Baik-baik saja", Bro tetap seperti biasa dengan muka datarnya.

"Syukurlah. Kakak sudah sadar", Defara tersenyum senang melihat Bro di sampingnya.

"Hei, hei", kak Nanda langsung memeluk tangannya Bro dengan genit.

"Awwww! Itu manis banget", Defara mengeluarkan ekspresi senang sekaligus malu.

"Pangeranku, besok kamu jadi suamiku loh... Siap-siap ya?", kak Nanda tersenyum genit dan senang.

"Saya..... Apakah Saya....", Bro terlihat bingung dengan pernyataan kak Nanda.

"Tak usah dipikirkan kak. Kakak akan menikah besok dengan kak Nanda. Suatu hal yang menyenangkan kan?", Defara tersenyum ke arah Bro dan kak Nanda.

"Anda.... Menikahkan Saya kepada orang ini? Saya tidak mengenalnya", Bro terlihat makin kebingungan.

"Aish! Gombalan jenis baru, pura-pura nggak ingat pas besoknya mau nikah", kak Nanda mengeluarkan nada manja dan memeluk lengannya Bro dengan erat.

"Saya benar-benar.... Tidak tahu", Bro terlihat lesu sekaligus sedih.

"Tenang saja pangeranku. Kamu akan menjadi milikku besok~", kak Nanda malu-malu dan mukanya memerah saat menggoda Bro.

"Jangan menolak, kan Kandias sendiri yang minta di nikahkan sama Nanda, Kalian berdua nanti pasti bahagia", tiba-tiba ibunya Bro datang dengan senyum yang nggak pernah kulihat sebelumnya. Senyuman gelap seperti menaruh dendam yang lama.

Seketika Defara, Nanda juga mengeluarkan ekspresi yang sama seperti ibunya Bro. Mereka tersenyum lebar dan sangat menakutkan seperti Jeff, salah satu tokoh creepypasta yang pernah kulihat. Dia menyeringai dengan gigi-gigi yang dipenuhi darah dan tersenyum dengan lebar. Pupil matanya mengecil hingga menjadi seperti titik yang terdapat pada tulisan. Sekarang mereka terlihat seperti itu.

"Baik. Aku akan menerimanya dengan tulus. Aku akan menikahimu", Bro terlihat senang dan mengangguk tanda setuju.

"Aahh~ Ayo kita pergi dari sini. Disini bukan tempatmu, pangeranku. Aku akan membuatmu senang sampai kamu tidak bisa ber-na-fas la-gi...", kak Nanda mengeluarkan suara seperti menggeram.

Tapi kupikir..... Kenapa Bro tidak menyadarinya. Kulihat Bro terlihat biasa-biasa saja, bahkan Aku merasa Bro senang meskipun dia tidak tersenyum. Aku ingin mencegah Bro, tapi.... Kakiku tidak bisa bergerak. Bahkan sekujur tubuhku membeku, dan bergeming di tempat ini!

"Saya senang ikut denganmu. Apa Anda bisa membahagiakan Saya? Saya berharap Saya segera kehabisan nafas dan ma-ti. Jadi.... Kita akan se-la-lu ber-sa-ma. Se-la-ma-nya...", Bro terlihat senang dan mengikuti langkah mereka yang terdengar hentakan kaki yang sangat keras.

Aku ingin menghentikannya, tapi.... Aku tidak bisa bergerak sedikitpun. Perasaan ngilu bercampur kalut-malut menyelimutiku melihat Bro bersama dengan sosok yang makin menjauh makin terlihat beberapa bayangan hitam tidak beraturan. Aku berusaha berteriak, tetapi suaraku tidak mencapainya.

Bro! Jangan ikut mereka! Mereka bukan Defara dan kak Nanda!

Mereka semua MONSTER!!

Jangan ikut mereka kumohon!!!

KUMOHON BROOOOO!!!!!!!

KUUUUMOHOOOOOOOOONNNNNNNNNNNNNNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!



>> Back to  Bit_Memoir Page

Komentar