[Bahaduri Bikir] Bagian 4 : Garib

"Kamu siapa?"

"Aku mencari seseorang yang bernama 'Ananda'. Apa dia ada, Tante?", Aku berusaha sopan kepada tante ini meskipun Aku mengingatnya bagaimana dia di dunia nyata.

"Ananda? Dia keluar sedari pagi tadi. Dia belum pulang hingga sekarang", tersenyum ramah dengan penjelasan yang lemah lembut seperti sosok ibu yang penyayang.

"Makasih tante", Aku membungkukkan badan untuk memberi penghormatan.

"Mau masuk dulu?", tante itu menawariku.

"Mau!", Akupun berjalan masuk ke dalam rumahnya Ananda.

"Silakan duduk! Saya membuat teh dulu", kata perempuan itu sembari menuju ruangan lain.

Kulihat sekeliling dengan seksama. Wah... Begitu minimalis, dan elegan. Warna dominan barang-barangnya putih dan abu-abu. Ada foto Ananda beserta keluarganya... Dia terlihat imut! Tapi entah kenapa Aku sepertinya pernah melihat anak di foto itu. Aku bisa merasakan anak itu tersenyum bahagia meskipun menutup matanya. Di mana ya.... Terlihat akrab bagiku.

Tak lama perempuan itu membawa teh se-teko, dua cangkir dan satu toples besar. Perempuan itu menyuguhkannya dan membuka toples besar itu. Toples itu berisi kue lidah kucing. Aku mengambil beberapa kue itu dan.... Rasanya lumayan enak!

Rasa manisnya pas untuk ukuran kue kering, dengan warna coklat muda dan coklat gelap menjadi satu buah kue lidah kucing. Rasa cokelatnya pun tidak berlebihan.

"Apakah tante yang membuat kue ini? Rasanya enak! Perpaduan kue dengan potongan coklatnya pun pas!", Aku menikmatinya dan mengambil beberapa buah lagi dari toplesnya.

"Iya, tante membuatnya. Tapi Ananda tidak menyukainya... Tante jadi sedih...", tante itu terlihat sedih.

"Eh? Ananda tidak suka makan ini?", Aku penasaran kenapa kue se enak ini ada orang yang tidak menyukainya.

"Dia benci coklat, katanya rasanya pahit dan aneh"

"Hm, menurut Aku sih enak... ", Aku berusaha menghibur tante yang tetap terlihat sedih.

"Baguslah kalau temannya Ananda suka", tantepun tersenyum setelah mendengar perkataanku barusan.

.

.

Aku merasa gelisah karena sedari tadi Aku menunggu, Ananda belum juga kembali pulang. Aku melahap kue yang berada ditanganku dan segera beranjak dari tempatku untuk pamitan.

"Terima kasih atas kuenya, tapi Aku harus mencari Ananda"

"Eh, cepatnya. Apa tidak tunggu saja Ananda disini dahulu?", tante sepertinya ingin menahanku.

"Makasih Tante, tapi Aku harus cepat", Akupun bersalaman dengan tante dan segera keluar.

Aku menyusuri jalan-jalan di blok E, seperti yang tadi. Tak ada orang yang berseliweran.

.

Dimana?

.

.

Dimana?

.

.

.

Aku menemukannya!

Bentar.... Dia terlihat berbeda daripada yang kulihat sebelumnya. Dia mempunyai rambut yang lebih normal, maksudku dia mempunyai rambut tipe protagonis pada umumnya di novel, mempunyai poni yang menutupi mata kanannya yang tidak berlebihan seperti sebelumnya. Menggunakan kacamata dengan bingkai kotak yang ujungnya tidak tajam terkesan seperti kutu buku. Dia duduk di kursi pinggir jalan dan terlihat bergumam.

"Apa kamu yang bernama 'Ananda'?", tanyaku sembari mendekati Ananda.

"Iya. Sedang apa Anda mencari Saya?", Ananda terlihat kaget dan bingung dengan kedatanganku yang tiba-tiba.

"Aku mencari seseorang yang bernama 'Ananda' dan ketemu deh!", Aku tersenyum simpul.

"Oh... Boleh Ananda bertanya?", Ananda terlihat bingung dan menggaruk halus dagunya.

"Boleh, dan kenapa kamu harus menggunakan kalimat formal kepadaku? Kamu boleh kok pake kalimat-kalimat yang kamu banget!", Akupun duduk disamping Ananda.

"Oh... Saya sudah terbiasa seperti ini, tapi Saya akan mencobanya... Saya bingung, mengapa orang-orang dirumah itu ramah kepada Saya?", Ananda menunjuk sebuah rumah yang kudatangi tadi.

"Maksud Saya.... Siapa mereka? Bahkan mereka membuatkan Saya makanan yang enak serta laki-laki dan perempuan paruh baya memanggil Saya dengan 'nak Ananda'. Dan ada anak perempuan memanggil Saya pada saat ingin keluar rumah dengan sebutan 'Kak Ananda'...", Ananda menampilkan ekspresi bingung.

Sejenak Aku berpikir.... Apa yang dimaksud Ananda itu.... Keluarganya. Terdengar hangat jika menilai dari perkataannya. Tapi kenapa di dunia nyata malah terasa terdengar sebaliknya.... Ada yang aneh.

"...Apa kamu ingat keluargamu?", Aku memecah keheningan.

"Keluarga? Maksud Anda?", terkejut.

"Hm.... Berdasarkan penjelasanmu tadi, menurutku laki-laki paruh baya yang kamu maksud itu 'Ayah' mu. Perempuan paruh baya itu 'Ibu' mu.... Dan Perempuan yang memanggilmu dengan sebutan 'Kak' tadi adalah 'Adik' mu atau kerabat keluargamu yang lainnya yang mempunyai umur yang lebih muda ketimbang kamu. Gitu...."

"Ayah? Ibu? Adik? Apa mereka semua menyayangi Saya sehingga mereka seperti itu? Lantas, apa buktinya?", Ananda kebingungan dengan penjelasanku sepertinya.

"Tentu saja! Ibumu membuatkan makanan untukmu, Ayahmu memanggilmu sebagai anaknya... Dan adikmu juga menganggapmu sebagai kakaknya!", Aku menduganya seperti itu.

"Jadi.... Mereka itu 'keluarga' Saya?", Ananda terlihat kagum.

"Tentu saja!"

Setelah perkataanku kami tak ada berbicara sepatah katapun soal apapun. Mungkin karena canggung dan Aku masih memikirkan topik yang ingin kubicarakan.

"Oh... Baik, baik. Aku harus pulang sekarang. Mereka sepertinya mengkhawatirkan Saya jika tidak pulang", Ananda beranjak dari kursi.

"Tunggu!", Aku menarik tangannya dengan spontan. Memegang tangannya rasanya seperti memegang es yang berada dikulkas.

"Apa kita bisa menjadi 'teman'?", tanyaku penuh harap. Mudahan diterima.

"Baik.... Anda baik sekali, entahlah... Anda mau berteman dengan Saya, mengapa?", Ananda menoleh kepadaku dan penasaran dengan pertanyaanku.

"Mengapa? Apa tidak boleh Aku berteman denganmu?", Aku bertanya balik.

"Anda orang yang aneh. Orang-orang pada umumnya tidak ingin berteman dengan Saya. Tetapi Anda-"

"Pilih ya atau tidak?"

"Ya, Saya ingin berteman dengan Anda. Sampai jumpa nanti...", dan dia pergi ke rumahnya dengan berjalan santai.

Akupun juga beranjak dari kursi ini dan langsung pulang ke rumah, melihat hari sudah senja yang sebentar lagi menuju malam. Langit senja yang terasa hampa, dan tak ada satupun orang yang keluar rumah maupun berlalu-lalang untuk sekedar berjalan keluar rumah. Sepi dengan segala serangga yang menyangga, begitu ungkapan yang pernah kubaca dari novel.

Aku terus berjalan tanpa henti dan sampailah dirumahku, rumah minimalis lantai dua yang berwarna putih dan hijau. Ada taman mini didepannya dan berpagar kayu setinggiku. Aku membuka pagar rumah, langsung ke pintu depan dan kubuka. Aku langsung mandi dan makan malam sama Otou-san dan Okaa-san.

Saatnya mengecek apa yang sudah kudapat hari ini.

Perempuan paruh baya... Hm... Dia terlihat ramah di dunia VR... Tapi kenapa di dunia nyata dia mengumpat Ananda?

Ananda benci coklat? Apa ini bisa membangkitkan ingatannya?

Terus.... Ananda bilang kalau Aku orang yang aneh karena berteman dengannya.

Apakah... Ananda kesepian?

Sembari memikirkan itu Aku ke kamar dan langsung tidur di kasur.

.

.

.

Hari sudah pagi, dan hari ini jika menyesuaikan tanggal sekarang. Hari ini, hari pertama masuk ke sekolah kelas sembilan.



Huft.... Selama yang ku ingat, Aku hanya anak yang kuper dan jelek?

Dan garis besar yang kuingat selama sekolah menengah... Aku sakit?



Yah.... Dulu pas masih kecil Aku punya berat badan berlebih, sejak saat itu. Tubuhku jadi kayak lidi, haha. Selebihnya, ku anggap biasa saja. Karena.... Biasa saja?

Mandi dan setelah itu memakai baju seragam. Aku bergegas ke bawah, Otou-san dan Okaa-san, orang yang kupanggil sebagai ayah dan ibu, sudah sarapan terlebih dahulu.

Aku langsung duduk dan makan, setidaknya untuk bertahan disini.

"Hana-chan, bekal makan siangmu sudah siap", Okaa-san menyodorkan kotak bekal makan siang kepadaku.

"Terima kasih, Okaa-san", Aku tersenyum.

Aku berpamitan denga Otou-san dan Okaa-san dan keluar rumah. Untuk sampai ke sekolah menengah cukup dengan jalan kaki, jadi Aku bisa menikmati pemandangan sepanjang sekolah.

Sampai di sekolah, banyak anak yang memakai seragam yang sama denganku. Seragam pelaut berwarna putih dengan garis berwarna biru muda, dengan jas berwarna abu-abu diluarnya, sepatu boot berwarna hitam. Mungkin karena musim semi.

.

.

.

Di sekolah... Dari pelajaran pagi tadi hingga sekarang, membosankan.

Entah... Aku tidak terlalu menikmatinya karena mungkin pelajaran-pelajaran itu sudah kupelajari.

Haaahhh... Akhirnya waktu pulang sekolah. Ekstrakurikuler?

Seingatku Aku hanya siswa sepu-sepu, sekolah pulang-sekolah pulang. Waktu masih ada tiga jam lagi untuk kembali ke rumah. Biasanya sebelum kuliah, Aku selalu pulang jam lima sore. Supaya Otou-san dan Okaa-san sampai dirumah terlebih dahulu. Apa Aku jalan-jalan dulu?

Sembari berjalan dan melihat cowok yang terlihat familiar berjalan di pinggir trotoar jalan. Dia mengenakan baju berkerah lengan panjang putih, celana dan sepatu berwarna hitam legam. Oh, dia memakai penutup mata dan kacamata.... Tunggu, dia memotong rambutnya?

Dia terlihat sedikit konyol, mungkin.

"Pft!", padahal ingin tertawa tapi kutahan.

Seketika cowok itu menoleh, berjalan dengan cepat dan mendekatiku.

"Kenapa?", kalo dilihat dari matanya sepertinya dia kesal.



>> Back to  Bit_Memoir Page

Komentar