[Bahaduri Bikir] Bagian 1 : Aneh




Tahun YQQZ, Pinggir jalan di kota Bandarmasih, di dunia seperti bumi.
Hih, dimana sih Zaki? Gak lucu tau, sudah beberapa hari kutelpon malah tidak ada respon.
Tuuuuuuut.
Tuuuuuuut.
Tuuuuuuut.
"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi"
Tik!
Ugh... Tidak diangkat lagi teleponnya kali ini.
"Aku ke kelasnya saja, siapa tau Zaki ada..." Aku berbicara sendiri sembari melihat sekitar kalau-kalau ada Zaki.
Rasanya lelah mencari Zaki keliling universitas. Zaki tidak biasanya seperti itu. Akhir-akhir ini dia lebih susah dicari ketimbang biasanya.
Bahkan di pinggir jalan sekalipun!
Mobil-mobil, angkot-angkot, hingga sepeda motor silih berganti melewati jalan yang di sampingku. Saat Aku berjalan dengan santainya sambil mengecek perpesan siapa tau Zaki mengirim pesan, tiba-tiba ada yang mendorongku dengan keras sampai-sampai Aku terjerembab.
CIIIITTTTTTTTT!!!!!!
BRRUUUAAKKKK!!!!
Belum Aku melihat orang yang mendorongku, saat menoleh ada sebuah truk yang berhenti persis dibelakangku. Aku tercengang melihat truk menabrak seseorang dan sebuah pos penjaga universitas. Truk itu tidak membawa muatan apapun, tetapi bagian depan truk itu hancur. Sopir yang mengendalikan truk langsung kabur begitu saja tanpa pertanggungjawaban.
Aku merasa aneh. Orang-orang disekitarku seperti cuek bagaikan tidak ada hal yang terjadi apa-apa padahal ada truk yang menabrak orang!!
Aku mendengar suara suara sirine polisi yang makin mendekat makin memekak telinga. Mobil berwarna hitam dan garis biru berhenti di dekatku. Keluar polisi-polisi yang berseragam cokelat dengan garis hitam mengamankan tempat disekitarku. Polisi-polisi itu memeriksa truk itu dan menemukan satpam-satpam yang terluka dibanyak tempat, dan Aku melihat ada tulang mencuat dari tubuh korban. Tetapi Aku melihat satu orang yang bukan satpam. Lukanya sangat parah, kepalanya mengeluarkan banyak darah.
Disusul mendengar suara ambulan yang terasa familiar yang juga semakin mendekat semakin memekak telingaku. Mobil-mobil ambulan pun datang setelah polisi-polisi itu berusaha mengevakuasi korban-korbannya. Di mobil-mobil itu keluar sekumpulan orang yang berseragam putih dengan simbol 'tambah' berwarna hijau. Dengan sigap mereka membawa korban-korban yang terluka itu kedalam mobil.
Badanku hanya terpaku di tempat ku berdiri sedari tadi, tanpa bisa kugerakkan sedikitpun. Aku merasa takut. Mengapa hal yang seperti ini bisa terjadi dihadapanku.
Puk! Seseorang menyentuh pundakku.
"Apa kau tidak apa-apa?? Apa ada yang terluka?", terdengar suara perempuan dengan lemah lembut.
Refleks menoleh dan Aku melihat seorang perempuan berkuncir kuda berseragam petugas kesehatan yang tinggi badannya hampir sama denganku. Dia segera mengecek lengan dan kaki ku.
"Sepertinya kau shock melihat ini, dan ada luka dibagian sikut dan lutut. Selain itu, korban kecelakaan yang bukan satpam. Apa dia temanmu?", petugas perempuan itu bertanya kepadaku dengan muka khawatir.
Teman? Saat ku menoleh ke kanan, orang yang tadi diangkat ke mobil ambulan.
Darah. Banyak darah yang mengalir dari korban-korban itu. Dan orang-orang disekitarku tidak ada peduli?
Mereka hanya lalu lalang, ada yang berfoto selfie, dan ada sebagian memfoto kejadian ini dan kemudian pergi begitu saja. Apa separah itu....?
"Kamu juga harus ikut kami ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut", kata petugas kesehatan dengan suara lemah lembutnya yang enak didengar.
Aku melihat rumah sakit. Rumah sakit yang besar, karena rumah sakit itu merupakan rumah sakit provinsi. Mobil yang kutumpangi ini melaju kencang ke sana dan berhenti persis di pintu depan rumah sakit.
Petugas-petugas itu segera membawa korban-korban yang ketabrak tadi ke UGD. Dengan memegang lenganku, petugas perempuan tadi menuntunku ke ruang periksa yang terletak di ujung lorong rumah sakit. Setelah masuk ke ruang pemeriksaan, Aku langsung diperiksa oleh dokter yang bertugas.
"Sepertinya hanya luka lecet di siku dan lutut saja, tidak ada masalah lainnya", kata dokter.
"Haaaaaah...." Aku menghela nafas.
"Terima kasih, Pak. Apa cowok itu baik-baik saja?"
Untung baik-baik saja, tetapi Aku merasakan firasat buruk.
Brak!
Seseorang yang yang memakai seragam hijau muda tiba-tiba mendobrak pintu ruangan.
"Dokter! Pasien... Dia perlu tranfusi darah secepatnya!", perawat itu panik.
"Apa golongan darahnya??", dokterpun langsung berdiri yang sebelumnya duduk dihadapanku.
"B positif, Pak!"
"Cepat, transfusikan darahnya ke pasien!", dokter itu beserta orang yang terlihat seperti asistennya langsung meninggalkan ku sendiri di ruangan.
Aku keluar ruangan itu, hitung-hitung mencari angin. Huft.
"Kenapa bukan Aku yang ketabrak tadi?", gumamku.
Eh?
Sekelebat sosok cowok mirip yang tertabrak truk.
Gak salah liat tadi!?
Cowok itu berdiri di lorong rumah sakit? Menatapku?
Bukannya tadi.
Ah, sudahlah.
Mungkin Aku masih belum pulih.
Aku segera berjalan menghindari bayangan cowok itu dan pergi.
Hm?
Saat berbalik, ada cowok itu lagi... Kali ini menampilkan muka sedih.
Saat ku melihat arah lain dan melihat cowok itu lagi, dia menghilang.
Dokter keluar dari ruangan itu.
Sayup-sayup ku mendengar, "Pasien mengalami luka di kepala, kemungkinan ketika sadar dia menjadi amnesia", dokter mengatakan hal itu kepada perawat dan orang-orang yang tidak kukenal.
Amnesia?
"Amnesianya akan menjadi permanen", tanpa sadar Aku berbicara sendiri.
Apa?
Nggak.
Nggak mungkin.
Apa salahku?
Apa ini kutukan?
Aku.... Kenapa.
Tanpa kusadari seseorang menarik bajuku dengan pelan. Aku melihat seorang anak laki-laki berumur 9 tahun. Dia terlihat khawatir, tetapi ditutupi dengan muka datarnya.
"Nee-san. Apa kau tidak apa-apa?", anak laki-laki itu tidak mengalihkan pandangannya.



>> Back to  Bit_Memoir Page 

Komentar